Mencari Pembenaran bukan Kebenaran


Sharing artikel dari teman ..

Terima Kasih

Wassalam,
Juni

From: BDI
Sent: Friday, November 09, 2012 3:53 PM
Subject: FW: Mencari Pembenaran bukan Kebenaran

…[deleted] …

From: Ardian W.
Sent: Friday, November 09, 2012 8:40 AM
To: BDI
Subject: Mencari Pembenaran bukan Kebenaran

Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Ba’da tahmid dan sholawat

Sebelum saya memulai pembahahasan ini saya ingin memberikan contoh terlebih dahulu agar dapat lebih mudah kita dalam memahami suatu hal

Didalam kegiatan operasi kita , audit merupakan hal yang sangat familiar dengan kita, terlebih audit HSE. Diperlukan orang-orang yang professional untuk menilai apakah perilaku HSE kita sudah benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.

Atau ketika kita berkonsultasi dengan dokter anak disuatu rumah sakit, terkadang dokter anak tsb memberikan advise yang jauh bertolak belakang dari perilaku yang kita lakukan selama ini dalam membesarkan anak

Lalau apakah kemudian auditor itu kita salahkan atas finding yang ditemukan?

Lalu kemudian apakah kita kecam dokter anak sambil mengatakan bahwa ini yang saya dapatkan dari kakek-nenek, ibu-bapak saya, jangan dokter ikut campur dalam menentukan mana yang terbaik dalam tumbuh kembang anak?

Tentu tidak kawan

Maka demikian pula dengan dakwah illalloh yang mengajak manusia kepada jalan Alloh dengan hujjah yang nyata tentang aturan main yang telah Alloh tetapkan didalam Al-Qur’an dan Hadist nabi Muhammad Shollallohu ‘alayhi wassalam

Apakah akan kita katakan bahwa ust yang membenarkan perilaku kita yang salah dengan membawakan Ayat dan hadits yang shohih sebagai orang yang keras?

Apakah akan kita bantah dalil yang dibawakan seorang ust dengan dalih bahwa ini lah yang biasa dilakukan para tetua kita?

Sungguh banyak saya mendengar bahwa ketika apa yang disampaikan oleh ust tidak sesuai dengan adat dan kebiasaan jamaah maka spontan cap “keras” disematkan, gelar fundamentalis dilayangkan, dan berbagai jenis celaan yang seharusnya tidak pantas dilayangkan oleh seorang mukmin

Padahal Alloh telah mejelaskan bahwa sifat seorang mukmin adalah sami’na wa atho’na (kami dengan dan kami taat) kepada dalil yang diberikan

Bukan kah tidak ada pilihan lain bagi seorang mukmin kecuali mengikuti dalil dalam segala perkara yang dilakukan?

Maka sungguh bukan Dalil yang keras namun hati ini yang telah keras

Maka hendak lah kita bijak dalam menghadapi ini ya ikhwan,

Karena jika hanya membenarkan yang salah tidak perlu ada dakwah

Apakah kita akan membenarkan yang biasa atau membiasakan yang benar?

Dan jika kita hanya mencari pembenaran dan bukannya kebenaran saya khawatir kita akan menyesal dikemudian hari dimana tidak ada gunna penyesalan dan tidak ada kesempatan dalam beramal

Wallohu A’lam Bishshowab

Badak, 9 Nov 2012

Ditulis dalam ISLAM. 3 Comments »

3 Tanggapan to “Mencari Pembenaran bukan Kebenaran”

  1. suseno Says:

    hehe…mas juni sdh mulai mendekat ke ustadz nie.., menurut aku, topik seperti ini asal muasalnya dari melihat/berpendapat orang lain sedang menjalankan suatu kesalahan dan mengclaim bahwa dirinya melakukan yang benar. Ini sangat bagus jika berdasarkan dasar dalil tertentu, bukan main perasaan. Good 3x….


Tinggalkan komentar